Linus Torvalds (Sang Penemu Linux)

on Kamis, 01 Desember 2011



Linus Torvalds adalah salah seorang programmer yang terkenal di dunia., Ia dilahirkan di kota Helsinki, Finlandia pada tanggal 28 Desember 1969 dari pasangan Nils dan Mikke Torvalds. Nama lengkapnya adalah Linus Benedict Torvalds, nama ini diberikan oleh ayahnya terinspirasi dari nama seorang Linus Pauling yang merupakan pemenang hadiah nobel di bidang kimia dan perdamaian. Keluarga Torvalds merupakan kelompok minoritas di Finlandia yang berbahasa swedia, yaitu sekitar 300.000 jiwa di tengah-tengah populasi penduduk Finlandia saat itu yang berjumlah sekitar lima juta jiwa.

Masa kecil Torvalds layaknya anak-anak saat itu, dia cukup bahagia meskipun pada kenyataanya kedua orang tuanya bercerai di waktu muda, yang menjadikannya harus tinggal bersama ibu dan kakek neneknya.

Sebenarnya saat itu sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai wartawan, ayahnya pun selalu membujuknya agar dirinya tertarik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial. Namun Leo Toerngvist, kakeknya dari jalur ibu yang merupakan seorang profesor statistik di Universitas Helsinki, menjadikan Torvalds tidak tertarik pada ajakan ayahnya itu. Dia lebih tertarik untuk mempelajari matematika dan dunia programming komputer.

Berawal pada pertengahan 1970-an, saat itu kakek Torvalds membeli komputer pribadi pertamanya. Yaitu komputer Commodore Vic-20, yang kecepatannya hanya 1 MHz. Dari komputer inilah Torvalds mulai mempelajari bahasa pemrograman tingkat rendah (low level code). Jenis bahasa ini membuat komputer lebih gampang bekerja, namun membuat programmer berpikir lebih keras. Ini semua sebenarnya tidak serta-merta karena Torvalds hobi, tapi karena dia sendiri tidak mampu untuk meng-upgrade komputernya. Torvalds memang terpaksa harus selalu men-tweak atau meningkatkan performa komputernya setiap kali performa komputernya drop. Kebiasaan seperti inilah yang membuatnya pintar untuk menyiasati performa komputer kelas rendah. Ini pula yang membuat Linux nantinya menjadi program komputer yang mampu berjalan optimal di komputer dengan spesifikasi minimum.

Menciptakan Linux

Pada tahun 1987 Torvalds menghabiskan tabungannya untuk membeli sebuah komputer Sinclair QL, komputer bikinan Sir Clive Sinclair. Komputer ini lebih bagus dibanding komputer Commodore Vic-20 milik kakeknya. Karena komputer itu mengajarinya hal lain, yaitu multitasking, sebuah prinsip kerja komputer yang dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam waktu yang sama. Prinsip multitasking ini juga menginspirasinya dalam mengembangkan Linux kelak.
Pada tahun 1988 Torvalds mengikuti jejak orang tuanya untuk melanjutkan studinya ke Universitas Helsinki, yang merupakan perguruan tinggi terkemuka di Finlandia. Akan tetapi keasyikannya bermain-main dengan komputer, membuat dirinya kurang percaya diri dalam proses belajar di kampus. Torvalds menjadi mahasiswa yang pemalu, meskipun hanya untuk maju dan berbicara di depan kelas. Bahkan, saking pemalunya dia tidak berani untuk bertanya apapun pada dosennya di masa-masa awal kuliah. Teman dekatnya hanyalah Lars Wirzenius, karena keduanya mempunyai kegemaran yang sama yaitu bermain-main dengan komputer. Hingga akhirnya setelah kuliah selama 1 tahun, Torvalds diharuskan untuk mengikuti program pelatihan kepemimpinan di kampusnya. Dalam pelatihan tersebut, Torvalds belajar untuk menangani kelompok sebagai sebuah unit kerja yang solid. Hal ini juga menjadi bekalnya untuk menangani model pengembangan software di komunitas Linux kelak. Seolah semua jalan sudah mengarahkannya ke sana.

Pada tahun 1990 Torvalds mengambil kelas bahasa pemrograman C. Disana ia mulai menyukai sistem operasi Unix yang terinstal di laboraturium komputer kampusnya, Universitas Helsinki. Sebagaimana sistem operasi, saat itu Unix adalah sistem operasi yang paling stabil dan menjadi acuan industri komputer. Selama berbulan-bulan ia dan rekannya Lars Wirzenius mempelajarinya. Tapi mereka hanya bisa melakukannya di kampus, karena Unix bukanlah sistem operasi yang murah. Sehingga di rumah Torvalds hanya bisa bertemu dengan mesin Sinclair QL-nya lagi.
Torvalds akhirnya mulai melirik Minix, kloningan Unix yang dapat berjalan di PC. Untuk membantunya memperdalam pemahaman mengenai Unix, Ia memesan buku "Operating System" karya Andre Tannenbaum, yang berisikan tentang latihan penulisan sistem operasi, selain itu buku tersebut juga menyertakan Minix sebagai bahan latihanya.

Sambil menanti pesanannya tiba, Torvalds membeli PC pada 5 Januari 1991 dari uang hadiah Natal, dengan Spesifikasi 386, DX33, memori 4MB dan harddisk 40MB. Ia terpaksa menjalankan DOS untuk beberapa bulan sebelum disket-disket Minix tiba. Dan Torvalds pun mulai bermain-main dengan pemrograman DOS di PC. Hal ini juga yang menjadikan Torvalds memahami arsitektur komputer berprosesor Intel.

Akhir Maret 1991 pesanannya tiba dan ia langsung menginstal Minix ke komputernya. Bukan tanpa kendala, dia harus berjibaku dulu dengan komputernya untuk mengintsal Minix, tapi Torvalds adalah seseorang yang mempunyai kemampuan belajar cepat, sehingga dia akhirnya bisa menginstal Minix di komputernya. Selain itu berkat bergabungnya dia ke milis minix, ia pun bisa belajar lebih banyak untuk semakin mengenali kloningan dari Unix ini. Apalagi, source code dari Minix memang terbuka, jadi ia bisa mengetahui kerja sistem operasi itu dan bisa memperbaiki berbagai bug yang ada. Ia ingin membuat Minix miliknya menjadi lebih baik dan sesuai dengan kebutuhannya. Namun, kenyataanya yang terjadi tak seperti yang ia harapkan, dia masih tetap harus bertemu berbagai bugs atau program-program error di komputernya. Akan tetapi hal ini yang membuatnya tiba-tiba saja berpikir untuk membuat sistem operasi lain dengan prinsip kerja yang mirip dengan Minix. Apalagi berkat buku Tannenbaum, pengetahuannya soal penulisan sistem operasi sudah cukup lumayan. Pemikiran tersebutlah yang merupakan langkah pertamanya untuk merintis apa yang kini orang kenal sebagai "Linux".

Linux Sebagai Sistem Operasi Yang Open Source

Kebetulan, masa libur musim panasnya tiba. Walupun pengumumannya hanya tiga bulan yaitu Juni sampai Agustus, namun pada kenyataannya, kuliahnya libur semenjak pertengahan Mei hingga pertengahan September. Praktis, Torvalds punya waktu yang sangat luang untuk memulai proyeknya itu. Apalagi pendidikan universitas di Finlandia gratis dan tidak ada tekanan untuk lulus dalam waktu empat tahun, sehingga menjadikannya begitu bersemangat untuk mewujudkan proyeknya itu.

Di awal-awal liburannya ia melakukan coding selama 10 jam tiap hari, tanpa mengambil waktu 1 hari pun untuk beristirahat di akhir pekan. Akhirnya dalam dua bulan kemudian, Torvalds membuat banyak kemajuan. Atas bantuan teman sejawatnya, Ari Lemmke, ia pun mendapat tempat di FTP server milik universitas. Sehingga, kalau-kalau Torvalds akan merilis proyeknya itu, orang bisa segera men-download-nya. Saat itu Lemmke membuat folder /pub/os/linux di server nic.funet.fi. Nama Linux sebenarnya nama sementara, karena Torvalds tidak ingin disebut egomaniak dengan memberi nama proyeknya mirip dengan nama aslinya itu. Ia berencana mengubahnya. Di saat-saat sulit, Torvalds kadang menyebutnya dengan sebutan "Buggix", karena programnya memang masih dipenuhi bug. Pernah juga terlintas di kepalanya nama seperti Freax, yang merupakan gabungan kata dari freak, free, dan x. Tapi rupanya Lemmke menolak semua alternatif nama yang Torvalds tawarkan. Walau belum ada isinya, nama folder itu tidak pernah berubah, bahkan hingga ia mengumumkan proyek kecilnya itu ke milis pengguna Minix, pada Minggu, 25 Agustus 1991. Orang mengingat hari itu sebagai hari yang sangat berarti bagi sejarah Linux.
Berikut adalah email yang dikirimkan Torvalds ke milis pengguna minix


Message-ID: 1991Aug25.205708.9541@klaava.helsinki.fi
From: torvalds@klaava.helsinki.fi (Linus Benedict Torvalds)
To: Newsgroups: comp.os.minix
Subject: What would you like to see most in minix?
Summary: small poll for my new operating system
Hello everybody out there using minix-
I'm doing a (free) operating system (just a hobby, won't be big and professional like gnu) for 386 (486) AT clones. This has been brewing since april, and is starting to get ready. I'd like any feedback on things people like/dislike in minix, as my OS resembles it somewhat (same physical layout of the file-sytem due to practical reasons)among other things.
I've currently ported bash (1.08) an gcc (1.40), and things seem to work. This implies that i'll get something practical within a few months, and I'd like to know what features most people want.
Any suggestions are welcome, but I won't promise I'll implement them :-)
Linus Torvalds torvalds@kruuna.helsinki.fi

kira-kira seperti ini kalau diterjemahkan ke dalam dialog bahasa Indonesia bebas.

Hallo semua pengguna Minix.

Saya sedang mengerjakan sebuah sistem operasi (free) untuk kloning 386(486) AT.
Cuma hobi kok, tak akan besar dan profesional seperti GNU. saya mengerjakannya sejak April dan kini sudah mulai siap.

Saya ingin tahu (fitur) apa yang Anda ingin/tidak inginkan dari Minix, karena sistem operasi saya sedikit banyak memang mirip dengan Minix.
Saran Anda pasti saya terima, tapi belum tentu saya terapkan, lho :-)",

Linus Torvalds torvalds@kruuna.helsinki.fi

Seketika, para hacker di seluruh dunia mulai meresponnya dan bersedia untuk menjajal hasil kerja Linus itu. Namun saat itu Torvalds belum menyadarinya, karena ia merasa hanya merilisnya pada sekitar 10 - 15 hacker yang merespon e-mail-nya waktu itu.
Pada bulan September 1991, Linux 0.0.1 keluar sebagai versi beta dan Torvalds menaruhnya di server Universitas yang telah disiapkan sebelumnya. Tak lama kemudian, pada 5 Oktober, ia mengumumkan versi 0.02 sebagai versi resmi pertama yang mampu menjalankan kedua shell bush (suatu perintah yang berbasis teks seperti dalam sistem operasi UNIX) dan GCC (GNU C Compiler) yang merupakan 2 sistem utilitas kunci dalam sebuah sistem operasi.
Beginilah isi pengumumannya waktu itu :


Do you pine for the nice days of minix-1.1, when men were men and wrote their own device drivers?

Are you without a nice project and just dying to cut your teeth on a OS you can try to modify for your needs?

Are you finding it frustrating when everything works on minix?

No more all-nighters to get a nifty program working?
Then this post might be just for you :-)

As I mentioned a month(?) ago,
I'm working on a free version of a minix-lookalike for AT-386 komputers.
It has finally reached the stage where it's even usable (though may not be depending on what you want), and I am willing to put out the sources for wider distribution. It is just version 0.02 (+1 (very small) patch already), but I've successfully run bash/gcc/gnu-make/gnu-sed/compress etc under it.

Sources for this pet project of mine can be found at nic.funet.fi (128.214.6.100) in the directory /pub/OS/Linux.

The directory also contains some README-file and a couple of binaries to work under linux (bash, update and gcc, what more can you ask for :-).

Full kernel source is provided, as no minix code has been used. Library sources are only partially free, so that cannot be distributed currently. The system is able to compile "as-is" and has been known to work. Heh. . . .


Ari Lemmke, Torvalds' friend and the administrator for ftp.funet.fi, a provider of FTP (file transfer protocol) services in Finland, encouraged him to upload his source code to a network so it would be readily available for study and refinement by other programmers, a common practice then as it is no

Kurang lebih seperti ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bebas.

Apakah Anda merindukan hari yang bagus untuk minix-1.1, ketika para laki-laki menciptakan driver perangkat mereka sendiri?
Apakah Anda tidak memiliki proyek yang bagus dan menyerah saat memotong gigi anda (pengalaman pertama) mencoba untuk memodifikasi OS sesuai kebutuhan anda?

Apakah Anda merasa frustasi ketika semuanya bekerja di minix?
Dan anda yang sedang begadang tidak mendapat program kerja yang bagus lagi?
Maka postingan ini mungkin sangat special untuk Anda :-)

Seperti yang saya sebutkan sebulan (?) yang Lalu, saya sedang bekerja pada sebuah versi gratis dari system operasi yang mirip dengan minix untuk AT-386 komputer. Yang akhirnya mencapai tahap di mana sistem operasi tersebut dapat digunakan (meskipun mungkin tidak seperti yang anda inginkan),
dan saya bersedia untuk menyebarkan source codenya untuk distribusi yang lebih luas. Ini hanya versi 0.02 (+1 (sangat kecil) masih berbentuk patch),
tapi saya telah sukses menjalankan bash / gcc / gnu-make / gnu-sed / compress dll di bawah itu.

Source kode dari proyek saya ini dapat ditemukan di alamat nic.funet.fi (128.214.6.100) di direktori / pub / OS / Linux.

Direktori ini juga berisi beberapa file README dan sepasang biner untuk bekerja di bawah linux (bash, update dan gcc, apa yang anda minta :-).

Disediakan pula source code penuh Kernel, karena selama ini tidak ada kode minix yang didistribusikan secara bebas yang ada hanyalah sebagian sumber kodenya saja. Sehingga tidak bisa didistribusikan secara bebas.

Sistem ini mampu mengkompilasi "apa adanya" dan telah diketahui mampu bekerja. Heh. . . .

Ari Lemmke, teman Torvalds 'dan administrator untuk ftp.funet.fi, penyedia layanan FTP (file transfer protocol) di Finlandia, mendorongnya untuk mengupload source kode ke jaringan sehingga akan tersedia untuk dipelajari dan diperbaiki oleh programmer lainnya, sebuah hal yang biasa dalam dunia komputer.

Pengumuman peluncuran Linux versi 0.02 tersebut kini dikenal sebagai peluncuran proyek sistem operasi terbesar sepanjang sejarah.
Sejak itu, respon dari bug fix terus berdatangan. Para hacker bergotong royong menghidupkan Linux. Torvalds pun secara bertahap menyortir semua itu dan menyatukannya menjadi rilis terbaru Linux. Update pun menjadi sedemikian sering. Namun, apa yang dikerjakan Torvalds saat itu belum bisa disebut sistem operasi yang lengkap, karena yang ia bangun hanyalah kernel dari sistem operasi. Agar bisa benar-benar berfungsi, orang memerlukan program-program lainnya seprti shell, compiler, library, dan sebaginya. Dan Torvalds menunjuk software berbendera GNU sebagai aplikasi yang sering ia pakai dengan Linux.

Pada saat yang sama Richard Stallman dan Free Software Foundation-nya memang tengah menyusun sebuah sistem operasi lengkap yang mirip dengan Unix, namun free. Mereka namakan proyeknya sebagai GNU (GNU's not Unix). Berbeda dengan Linux, sejak 1984 mereka mulai dengan menyusun berbagai aplikasi dan library-nya dulu. Sementara kernelnya sendiri, Hurd, belum selesai.
Bagai kopi ketemu gula. Para hacker dan pemakai software GNU menginstal Linux dan menyatukannya dengan software GNU. Bagi Stallman, ini sebuah keajaiban yang menolong tegaknya perjuangan free software yang digagasnya. Mimpinya akan free software yang mandiri terwujud berkat Linux. Begitulah sistem operasi GNU/Linux pun lahir. Memang orang sering menyebutnya sebagai Linux saja. Tetapi akan kurang fair rasanya bila kita menanggalkan peran Richard Stallman dan inisiatif GNU-nya dari sana.

GNU/Linux terus berkembang seiring bertambahnya para pemakai komputer yang menggunakannya. Apalagi walaupun hak cipta Linux berada di tangannya, namun Torvalds tetap memperbolehkan orang lain untuk menyalin, menggunakan dan mendistribusikan Linux secara bebas, bahkan gratis. Torvalds memang menggunakan GPL (GNU General Public License).
Dalam sebuah wawancara dengan First Monday, sebuah Jurnal di Internet dirinya mengaku bahwa keputusannya untuk melepas Linux secara cuma-cuma adalah satu-satunya keputusan terbaik yang pernah ia buat.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil karyanya, Torvalds ditunjuk sebagai instruktur di Universitas Helsinki, sebuah posisi yang memungkinkan dia untuk melanjutkan proyek Linuxnya. Saat itu tugas pertama yang ia berikan dalam pelajaran pengantar di kelas komputer pada tahun 1993 adalah memerintahkan setiap mahasiswanya untuk mengirimkan e-mail kepadanya. Saat itu Tove Minni, salah satu mahasiswi yang jago karate, mengiriminya sebuah e-mail yang meminta Torvalds untuk menemaninya jalan-jalan. Dan akhirnya Torvalds pun menerima permintaan mahasiswinya itu.

Disisi lain ternyata seiring perkembangan Linux sebagai sistem operasi yang Open Source, berbagai distribusi (distro) GNU/Linux lahir dan berkembang menjadi perusahaan besar. Red Hat dan Mandrake adalah salah satu yang mereguk keuntungan dari pasar yang mulai terjangkit GNU/Linux ini. Walau angka pengguna GNU/Linux sendiri belum terpetakan, namun di akhir 90-an, orang melihat GNU/Linux sebagai ancaman serius bagi sistem operasi Windows. Bahkan para pejabat Microsoft sendiri agaknya kebakaran jenggot. Hal itu tampak dari dokumen Haloween yang tak sengaja tersebar ke publik, yang berisi strategi mereka untuk mematikan Linux. Berbeda dengan para aktivis Free Software atau Open Source yang bersuara sangar, Torvalds sendiri menyikapi hal itu dengan tetap low-profile. Ia dengan segala kerendahan hati dan jiwa besarnya, melepaskan semua itu pada komunitas Linux, Torvalds memilih tantangan lain dengan menikahi Tove Torvalds, mahasiswinya yang jago karate. Tak lama kemudian Torvalds memboyong keluarganya ke Amerika, tempat Microsoft berdiri.

Pada bulan desember 1996, meskipun bersamaan dengan bulan kelahiran anak pertamanya, Torvalds masih mampu untuk merilis Linux versi 2.00.Hal ini merupakan sebuah peningkatan besar dalam sistem operasi GNU/Linux. Di tahun itu para pengembang merasa Linux sudah membutuhkan sebuah logo, akhirnya diputuskan bahwa logo dari Linux adalah sebuah penguin yang bernama TUX. Logo yang lucu ini didapat dari cerita Torvalds yang saat itu sedang berlibur ke daerah selatan, dan tiba-tiba sebuah penguin menggigit jarinya, kejadian unik itulah yang kemudian menginspirasi para pengembang Linux untuk menjadikannya sebagai logo dari Linux. Adapun nama TUX sendiri berasal dari kata Torvalds Unix, sehingga mulai saat itu penguin yang bernama TUX resmi menjadi logo dari Linux. Setelah itu versi-versi yang baru pun terus dirilis dan pengguna-pengguna Linux terus bertambah.



Sejalan dengan perkembangan linux yang begitu pesat, seringkali orang-orang membandingkan Linus Torvalds dengan Bill Gates. Jika dilihat dari kemiripannnya memang dua-duanya adalah programmer handal yang sama-sama memakai kaca mata, akan tetapi antara Torvalds dan Bill Gates memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Bill Gates adalah orang yang selalu mengkomersilkan hasil karyanya untuk menambah pundi-pundi hartanya, sedangkan Torvalds lebih suka mendedikasikan kemampuannya untuk perkembangan perangkat lunak bebas (open source). Dia hidup hanya dengan gaji rata-rata programmer, dan tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah sederhana. Dalam hatinya Torvalds tidak pernah berambisi untuk mengumpulkan kekayaan ataupun kekuasaan, kiprahnya dalam perkembangan linux semat-mata karena dia mencintai dunia programming, dan semua itu dia lakukan hanya untuk having fun/bersenang-senang saja tidak lebih dari itu. Walaupun demikian dia tidak munafik kalau dirinya juga membutuhkan uang.

Dialah Linus Torvalds, seorang Programmer sejati yang begitu bersahaja. yang merelakan hasil kerja kerasnya untuk dibagi-bagi pada programmer lain dengan cuma-cuma. Dia lebih memilih diam dan mengalah ketika pihak-pihak lain yang berusaha menjatuhkannya. Dan tidak berambisi mencari kekayaan ataupun nama besar. Namun pada akhirnya justru berkat kesederhanaannya itulah, linux bisa berkembang pesat seperti saat ini, yang secara tidak langsung ikut membesarkan namanya juga. Terima kasih Torvalds atas segala dedikasi dan sifat-sifat ketauladanan yang telah anda ajarkan. Selamat berjuang dan semoga tuhan selalu memberkati anda.

.:Fhd
Berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar